Halaman

Kamis, 16 Februari 2012

DARI MEJA KETUA 2



TULISAN DARI MEJA KETUA

“PENDIDIKAN YANG KUAT MELAHIRKAN
PEMMPIN YANG KUAT”


Berbicara tentang kepemimpinan, di kalangan kita bukanlah sesuatu yang baru, karena dalam sejarah hidup umat manusia sampai sekarang, mulai dari kelompok yang paling kecil sampai kelompok yang paling besar termasuk Organisasi Negara, kepentingan Kepemimpinan semakin terasa. Sebab dalam kenyataannya bahwa kepemimpinan adalah penentu kesuksesan kerja.
Apalagi dalam menghadapi era dunia yang serba kompetitif ini, menyebabkan munculnya harapan terhadap lahirnya kepemimpinan yang kuat semakin terasa. Mengapa ? Karena secara organisatoris, peranan Kepemimpinan yang kuat akan membuat suatu organisasi semakin kuat. Tetapi sebaliknya, apabila peranan Kepemimpinan dalam suatu organisasi semakin lemah,  cepat atau lambat organisasi tersebut akan mengalami distorsi dan runtuh.
Kalau demikian, apakah kwalifikasi yang diperlukan dalam melahirkan kepemimpinan yang kuat ? Dilihat secara ilmiah, dan Alkitabiah, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang kuat akan melahirkan pemimpin yang kuat (I Tim. 4:6; Mat. 11:29; 28:19,20), karena:
1.        Dengan pendidikan yang kuat seorang pemimpin dapat mengelola suatu organisasi secara cerdas dan terpimpin.
2.        Dengan wawasan dan ilmu pengetahuan yang ada pada seorang pemimpin akan membuat dia mampu menganalisis dan menyusun suatu konsep  kerja dalam memajukan suatu organisasi.
3.        Dengan wawasan dan pengetahuan yang ada pada seorang pemimpin membuat dia penuh percaya diri dalam menggerakkan dinamika organisasi.
4.        Khususnya bagi seorang pemimpin rohani kekuatan pendidikan mengakibatkan terjadinya keseimbangan ilmu pengetahuan yang terdapat pada dirinya. Yaitu kekuatan ilmu teologi yang dibidangi akan membangun spiritualitas yang kuat, dan ilmu pengetahuan umum membuka wawasan secara universal yang akan mempengaruhi integritas kepemimpinannya. Sehingga walaupun menjadi seorang pemimpin lokal, tetapi berwawasan global.
Apa yang saya maksudkan dalam tulisan ini, tanpa terkecuali adalah Organisasi Gereja. Gereja adalah simbol kehadiran Kerajaan Allah di muka bumi ini (Mat. 4:23) dan Gereja dari dulu sampai sekarang dikenal sebagai kekuatan yang Allah pakai untuk mengubah wajah dunia ini. Misi Gereja yang dikenal dengan Tripanggilan Gereja yaitu “Koinonia, Marturia, dan Diakonia” harus tetap dipertahankan. Karena Tripanggilan Gereja itu adalah identitas, dan jati diri Gereja Tuhan yang sesungguhnya. Sebab interpretasi terhadap Tripanggilan Gereja itu adalah:
1.        Koinonia: Gereja dipanggil untuk hidup dalam persekutuan, dan mempersatukan umat.
2.        Marturia: Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Kristus.
3.        Diakonia: Gereja dipanggil untuk melayani sesama.
Tetapi jati diri ini hanya dapat eksis dan diberkati bilamana Gereja tidak mengalami perpecahan.
Oleh karena itu agar jati diri Gereja tetap eksis dan menjadi berkat bagi dunia sekitarnya, Gereja harus terus menerus memperkuat peranan kepemimpinannya. Untuk melahirkan pemimpin rohani yang kuat pada era ini, tidak cukup hanya menjadi hamba yang rohani, hamba yang setia, hamba yang taat, tetapi di samping itu ia harus memiliki pendidikan yang kuat. Karena dengan pendidikan yang kuat juga akan menjamin terjadinya keseimbangan terhadap kwalifikasi spiritual, kwalifikasi akademis yang kuat, yang secara mutlak kedua hal itu akan melahirkan integritas kepemimpinan yang kuat. Tetapi sebaliknya, apabila Gereja tidak berupaya terus meningkatkan dan memperkuat pendidikan para pemimpin, termasuk mengkaderkan para pemimpinnya, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama Gereja akan mengalami krisis kepemimpinan yang sangat serius. Kalau itu yang akan terjadi berarti Gereja akan gagal dalam mengemban Misinya.
Kalau kita mencoba menganalisa situasi yang terjadi saat ini, yakni dengan semakin meluasnya lapangan pelayanan yang mengakibatkan sebagian pelayan Tuhan dan orang yang baru tamat dari Sekolah Teologi mengisi peluang pelayanan ini, dibandingkan dengan semakin berkurangnya anak-anak Tuhan yang masuk ke Sekolah Teologi, maka 5–10 tahun yang akan datang Gereja akan mengalami krisis kepemimpinan. Oleh karena itu inilah hal yang juga harus disikapi secara serius agar kedepan Gereja tetap terus mendorong regenerasi kepemimpinan yang tangguh pada masa yang akan datang.
Sejalan dengan upaya untuk terus melahirkan pemimpin, dan pelayan yang kuat, maka STT Tenggarong sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi Teologi, terus berupaya membenahi diri, mulai dari sistemnya, SDM, dan infrastruktur yang ada padanya, dengan tujuan untuk terus meningkatkan perannya sebagai bagian dari instrumen yang ikut memperkuat pendidikan bagi para pemimpin Gereja saat ini dan pada masa yang akan datang. Sehingga memasuki usianya yang ke 21, STT Tenggarong telah menamatkan 681 orang Mahasiswanya. Mereka telah tersebar di seluruh Kalimantan, dan di seluruh Indonesia untuk mengisi segala kesempatan pelayanan yang ada baik di lingkungan berbagai denominasi Gereja juga di lingkungan Pemerintah dan Swasta. Selamat melayani kepada seluruh rekan sekerja, Tuhan memberkati. (STTT, Medio Juni 2010).

Tidak ada komentar: