TULISAN
DARI MEJA KETUA
“PENDIDIKAN YANG KUAT MELAHIRKAN
PEMMPIN YANG KUAT”
Berbicara tentang
kepemimpinan, di kalangan kita bukanlah sesuatu yang baru, karena dalam sejarah
hidup umat manusia sampai sekarang, mulai dari kelompok yang paling kecil sampai
kelompok yang paling besar termasuk Organisasi Negara, kepentingan Kepemimpinan
semakin terasa. Sebab dalam kenyataannya bahwa kepemimpinan adalah penentu
kesuksesan kerja.
Apalagi
dalam menghadapi era dunia yang serba kompetitif ini, menyebabkan munculnya
harapan terhadap lahirnya kepemimpinan yang kuat semakin terasa. Mengapa ?
Karena secara organisatoris, peranan Kepemimpinan yang kuat akan membuat suatu
organisasi semakin kuat. Tetapi sebaliknya, apabila peranan Kepemimpinan dalam
suatu organisasi semakin lemah, cepat
atau lambat organisasi tersebut akan mengalami distorsi dan runtuh.
Kalau
demikian, apakah kwalifikasi yang diperlukan dalam melahirkan kepemimpinan yang
kuat ? Dilihat secara ilmiah, dan Alkitabiah, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan yang kuat akan melahirkan pemimpin yang kuat (I Tim. 4:6; Mat.
11:29; 28:19,20), karena:
1.
Dengan pendidikan
yang kuat seorang pemimpin dapat mengelola suatu organisasi secara cerdas dan
terpimpin.
2.
Dengan wawasan dan
ilmu pengetahuan yang ada pada seorang pemimpin akan membuat dia mampu
menganalisis dan menyusun suatu konsep
kerja dalam memajukan suatu organisasi.
3.
Dengan wawasan dan
pengetahuan yang ada pada seorang pemimpin membuat dia penuh percaya diri dalam
menggerakkan dinamika organisasi.
4.
Khususnya bagi
seorang pemimpin rohani kekuatan pendidikan mengakibatkan terjadinya
keseimbangan ilmu pengetahuan yang terdapat pada dirinya. Yaitu kekuatan ilmu
teologi yang dibidangi akan membangun spiritualitas yang kuat, dan ilmu
pengetahuan umum membuka wawasan secara universal yang akan mempengaruhi
integritas kepemimpinannya. Sehingga walaupun menjadi seorang pemimpin lokal, tetapi berwawasan
global.
Apa
yang saya maksudkan dalam tulisan ini, tanpa terkecuali adalah Organisasi
Gereja. Gereja adalah simbol kehadiran Kerajaan Allah
di muka bumi ini (Mat. 4:23) dan
Gereja dari dulu sampai sekarang dikenal sebagai kekuatan yang Allah pakai
untuk mengubah wajah dunia ini. Misi Gereja yang dikenal dengan Tripanggilan
Gereja yaitu “Koinonia, Marturia, dan Diakonia” harus tetap dipertahankan.
Karena Tripanggilan Gereja itu adalah identitas, dan jati diri Gereja Tuhan
yang sesungguhnya. Sebab interpretasi terhadap Tripanggilan Gereja itu adalah:
1.
Koinonia: Gereja
dipanggil untuk hidup dalam persekutuan, dan mempersatukan umat.
2.
Marturia: Gereja
dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Kristus.
3.
Diakonia: Gereja
dipanggil untuk melayani sesama.
Tetapi jati diri ini hanya
dapat eksis dan diberkati bilamana Gereja tidak mengalami perpecahan.
Oleh karena itu agar jati diri Gereja tetap eksis dan
menjadi berkat bagi dunia sekitarnya, Gereja harus terus menerus memperkuat
peranan kepemimpinannya. Untuk melahirkan pemimpin rohani yang kuat pada era
ini, tidak cukup hanya menjadi hamba yang rohani, hamba yang setia, hamba yang
taat, tetapi di samping itu ia harus memiliki pendidikan yang kuat. Karena
dengan pendidikan yang kuat juga akan menjamin terjadinya keseimbangan terhadap
kwalifikasi spiritual, kwalifikasi akademis yang kuat, yang secara mutlak kedua
hal itu akan melahirkan integritas kepemimpinan yang kuat. Tetapi sebaliknya,
apabila Gereja tidak berupaya terus meningkatkan dan memperkuat pendidikan
para pemimpin, termasuk mengkaderkan para pemimpinnya, maka dalam waktu yang
tidak terlalu lama Gereja akan mengalami krisis kepemimpinan yang sangat
serius. Kalau itu yang akan terjadi berarti Gereja akan gagal dalam mengemban
Misinya.
Kalau kita mencoba menganalisa situasi yang terjadi
saat ini, yakni dengan semakin meluasnya lapangan pelayanan yang mengakibatkan
sebagian pelayan Tuhan dan orang yang baru tamat dari Sekolah Teologi mengisi
peluang pelayanan ini, dibandingkan dengan semakin berkurangnya anak-anak Tuhan
yang masuk ke Sekolah Teologi, maka 5–10 tahun yang akan datang Gereja akan
mengalami krisis kepemimpinan. Oleh karena itu inilah hal yang juga harus
disikapi secara serius agar kedepan Gereja tetap terus mendorong regenerasi
kepemimpinan yang tangguh pada masa yang akan datang.
Sejalan dengan upaya untuk terus melahirkan pemimpin,
dan pelayan yang kuat, maka STT Tenggarong sebagai salah satu Lembaga
Pendidikan Tinggi Teologi, terus berupaya membenahi diri, mulai dari sistemnya,
SDM, dan infrastruktur yang ada padanya, dengan tujuan untuk terus meningkatkan
perannya sebagai bagian dari instrumen yang ikut memperkuat pendidikan bagi
para pemimpin Gereja saat ini dan pada masa yang akan datang. Sehingga memasuki
usianya yang ke 21, STT Tenggarong telah menamatkan 681 orang Mahasiswanya.
Mereka telah tersebar di seluruh Kalimantan, dan di seluruh Indonesia untuk
mengisi segala kesempatan pelayanan yang ada baik di lingkungan berbagai
denominasi Gereja juga di lingkungan Pemerintah dan Swasta. Selamat melayani
kepada seluruh rekan sekerja, Tuhan memberkati. (STTT, Medio Juni 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar